Transformasi Marketing 1.0 Hingga 6.0
Transformasi Marketing 1.0 Hingga 6.0

Transformasi Marketing 1.0 hingga 6.0

Tue, 22 Oct 2024 09:55:02
List of Contents (Daftar Isi)

    Dalam buku ‘Marketing 4.0’ karangan Philip Kotler, Hermawan Kartajaya, dan Iwan Setiawan, membahas mengenai perubahan alami dalam jalur pelanggan di ekonomi digital dan memberikan wawasan serta gagasan mengenai pemasaran offline dan online yang digunakan banyak perusahaan yang terjadi di Marketing 4.0. Memangnya, apa sih perbedaan evolusi marketing 1.0, 2.0, 3.0, 4.0, 5.0, dan 6.0? Mari kita bahas!

    1. Marketing 1.0 (Rational)

    Di tahun 1950-an, Amerika Serikat mengalami periode kemakmuran ekonomi yang dikenal sebagai economic boom setelah akhir Perang Dunia II. Selama periode ini, Amerika Serikat baru saja memenangkan perang dan menikmati tingkat kesejahteraan yang tinggi, yang berdampak langsung pada pasar konsumen. Dengan adanya uang yang melimpah di tangan konsumen, hampir semua jenis produk bisa terjual dengan baik.

    Dalam konteks evolusi marketing pada era ini, yang sering disebut sebagai pemasaran berbasis produk atau product-centric marketing, fokus utama adalah pada pembuatan dan penjualan produk berkualitas tinggi. Pada saat itu, pasar tidak terlalu memerlukan analisis mendalam mengenai kebutuhan atau keinginan konsumen. Sebaliknya, filosofi pemasaran saat itu adalah bahwa jika sebuah produk dibuat dengan baik, ia akan menemukan pembeli di pasar yang memiliki daya beli.

    Dengan kata lain, strategi pemasaran pada era ini mengasumsikan bahwa cukup dengan menciptakan produk yang unggul, akan ada permintaan yang cukup untuk produk tersebut dari konsumen yang mampu membelinya. Jadi, pada masa marketing 1.0 ini, yang lebih penting adalah inovasi dan kualitas produk itu sendiri daripada mempelajari atau menyesuaikan produk dengan kebutuhan pasar. Fokus utama adalah pada pengembangan produk dan memanfaatkan kekuatan daya beli konsumen.

    2. Marketing 2.0 (Emotional)

    Setelah dua dekade dari era kemakmuran 1950-an, tepatnya pada tahun 1970-an, Amerika Serikat mengalami inflasi yang tinggi, yang menyebabkan penurunan daya beli masyarakat. Akibatnya, produk yang sebelumnya sangat laku karena kualitasnya yang unggul kini tidak lagi dapat ditemukan oleh konsumen yang mampu membelinya.

    Perubahan ekonomi ini memicu pergeseran besar dan menyebabkan evolusi marketing dari product-centric (berbasis produk) menjadi customer-centric (berbasis pelanggan). Pada masa marketing 1.0 yang berbasis produk, fokus utama adalah pada pengembangan produk yang dianggap terbaik tanpa banyak mempertimbangkan kebutuhan spesifik pasar. Namun, ketika daya beli menurun, strategi pemasaran harus beradaptasi untuk lebih memperhatikan kebutuhan dan preferensi pelanggan.

    Dalam model pemasaran customer-centric, tidak perlu menciptakan produk yang sempurna dari segi kualitas, tetapi lebih pada menyediakan fitur yang dibutuhkan oleh segmen pasar tertentu. Misalnya, produk air kemasan yang dulu dipasarkan dengan klaim kualitas tinggi seperti rasa enak, kemasan menarik, dan memberikan manfaat kesehatan, dapat menjadi terlalu mahal bagi konsumen jika tidak ada yang membelinya. Akibatnya, pemasaran harus lebih fokus pada segmen pasar yang spesifik, yang dikenal sebagai market segmentation.

    Pemasaran yang customer-centric mengarah pada pengembangan produk yang lebih spesifik dan tersegmentasi. Alih-alih membuat satu produk untuk semua orang, perusahaan mulai membuat produk yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan pelanggan tertentu. Dengan kata lain, strategi evolusi marketing kini lebih fokus pada positioning, yaitu menetapkan posisi spesifik untuk setiap produk di pasar agar sesuai dengan kebutuhan dan preferensi pelanggan tertentu.

    3. Marketing 3.0 (Spiritual/Human Centric)

    Pada era pemasaran 2.0, konsep yang berkembang adalah bahwa ‘pelanggan adalah raja’ Namun, pendekatan ini sering disalahgunakan sehingga memicu keburukan dalam dunia pemasaran. Banyak perusahaan mulai memfokuskan strategi mereka pada menjual produk tanpa benar-benar mempertimbangkan apakah produk tersebut benar-benar dibutuhkan oleh pelanggan.

    Akibatnya, pada tahun 1990-an, pemasaran mulai mendapatkan reputasi buruk karena dianggap lebih mengutamakan kepentingan perusahaan daripada melayani kebutuhan pelanggan. Stigma negatif ini muncul karena perusahaan sering kali menggunakan klaim yang tidak sepenuhnya jujur hanya demi meningkatkan penjualan.

    Untuk mengatasi hal ini, muncul konsep evolusi marketing yang lebih etis dan berorientasi pada kejujuran serta integritas. Pemasaran yang baik harus didasarkan pada kejujuran, transparansi, dan menghormati pesaing. Spiritual marketing atau human-centric marketing kemudian diperkenalkan sebagai solusi untuk memperbaiki reputasi pemasaran.

    Pendekatan ini menekankan pentingnya membangun bisnis yang tidak hanya fokus pada keuntungan semata, tetapi juga pada nilai-nilai etis, menjaga reputasi perusahaan, dan tidak membuat klaim palsu tentang produk.

    Dalam pemasaran 3.0, fokus utamanya kembali kepada pembuatan produk berkualitas dengan proses produksi yang mengikuti prinsip-prinsip etika. Usaha yang dilakukan oleh perusahaan dalam era evolusi marketing ini bukan hanya menghasilkan produk yang baik, tetapi juga memastikan bahwa proses produksinya dilakukan dengan cara yang etis dan berkelanjutan.

    4. Marketing 4.0 Digital (Content Creator, Autentik, Community)

    Pada era pemasaran 1.0 hingga 3.0, yang dikenal sebagai pemasaran tradisional, pendekatan utama adalah melalui media konvensional dan berfokus pada produk serta pelanggan. Namun, seiring dengan perkembangan teknologi, evolusi marketing menjadi marketing 4.0 atau pemasaran digital, yang memanfaatkan platform seperti media sosial dan e-commerce.

    Pemasaran digital ini membawa banyak manfaat, baik bagi konsumen maupun pelaku UMKM, salah satunya adalah transparansi informasi, seperti adanya ulasan (review) dari pelanggan. Dalam pemasaran digital, kejujuran menjadi elemen kunci karena pelanggan sekarang bisa dengan mudah membagikan pengalaman mereka tentang produk melalui ulasan dan testimoni.

    Hal ini menciptakan hubungan yang lebih langsung antara brand dan konsumen, memungkinkan UMKM untuk berinteraksi langsung dengan pelanggan. Salah satu strategi yang banyak digunakan dalam pemasaran digital adalah peralihan dari advertising (iklan tradisional) ke content marketing (pemasaran konten).

    Perbedaan antara iklan tradisional dan content marketing terletak pada pendekatannya. Iklan tradisional cenderung hanya menonjolkan sisi terbaik dari produk, sering kali berfokus pada pesan yang menunjukkan keunggulan produk tersebut.

    Sebaliknya, content marketing lebih menampilkan produk apa adanya dan sering kali bersifat menghibur (entertaining) atau edukatif, yang secara tidak langsung menarik minat konsumen. Dengan content marketing, konsumen tertarik pada cerita dan nilai yang dibawa oleh brand, bukan hanya produknya.

    Dalam evolusi marketing 4.0, keputusan pembelian tidak lagi semata-mata didasarkan pada preferensi pribadi, tetapi lebih dipengaruhi oleh komunitas. Rekomendasi dari orang-orang di sekitar atau dari ulasan pengguna lain di media sosial sangat memengaruhi keputusan konsumen.

    Namun, penting untuk diingat bahwa tidak semua jenis konten cocok untuk semua platform media sosial atau e-commerce. Misalnya, Instagram dan TikTok memiliki audiens yang berbeda, seperti pengguna milenial dan Gen Z, yang memerlukan pendekatan konten yang berbeda.

    Instagram lebih visual dan berfokus pada estetika, sementara TikTok menekankan konten yang lebih cepat dan menghibur. Begitu juga dengan platform e-commerce, di mana strategi pemasaran harus disesuaikan dengan karakteristik masing-masing platform dan audiens yang mereka jangkau.

    5. Marketing 5.0 (AI/Data Driven/Algoritma/Insight)

    Pemasaran 5.0 adalah evolusi marketing lanjutan dari pemasaran digital yang memanfaatkan teknologi canggih, seperti kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) dan big data, untuk menciptakan pengalaman yang lebih personal dan relevan bagi konsumen.

    Salah satu contohnya adalah ketika kita mencari produk di platform e-commerce. Algoritma berbasis AI akan menganalisis pencarian kita dan kemudian menampilkan rekomendasi produk lain yang relevan dengan minat kita. Hal ini membuat tampilan beranda (homepage) setiap akun e-commerce menjadi berbeda dan lebih personal sesuai dengan preferensi individu.

    Dalam evolusi marketing 5.0, data menjadi aset utama. Teknologi seperti AI memungkinkan perusahaan untuk mengumpulkan dan menganalisis data konsumen secara mendalam, mulai dari kebiasaan belanja, preferensi produk, hingga interaksi di media sosial. Dengan informasi ini, perusahaan bisa lebih efektif dalam menyusun strategi pemasaran, menyesuaikan konten yang dibuat, dan menentukan produk mana yang paling sesuai untuk ditawarkan kepada segmen pasar tertentu.

    Secara keseluruhan, evolusi marketing 5.0 membuka peluang baru bagi bisnis untuk memahami dan melayani konsumen dengan cara yang lebih relevan dan efektif. Perusahaan tidak lagi hanya mengandalkan intuisi atau asumsi, tetapi dapat membuat keputusan berbasis data yang lebih akurat, sehingga strategi pemasaran menjadi lebih tepat sasaran dan meningkatkan konversi.

    6. Marketing 6.0 (Digital to Physique & Intregration)

    Dalam evolusi marketing 6.0, teknologi semakin maju, tetapi kembali pada filosofi dasar: ‘Mengapa?’. Mengapa perilaku pasar berubah? Fokus pemasaran di era ini adalah memahami alasan di balik perubahan perilaku konsumen dan bagaimana teknologi dapat digunakan untuk menjembatani dunia digital dan fisik.

    Pada era evolusi marketing 6.0, teknologi digital tidak hanya digunakan di platform online, tetapi juga di kanal fisik. Artinya, UMKM dan bisnis lainnya dapat menggabungkan pengalaman online dan offline untuk menciptakan interaksi yang lebih menyatu. Hal ini sangat penting karena generasi sekarang, terutama Generasi Z, cenderung tidak lagi membedakan antara pengalaman online dan offline.

    Evolusi marketing bukan berarti menggantikan metode lama, tapi justru melengkapi. Setiap tahap dalam evolusi marketing membangun fondasi bagi tahap berikutnya, sehingga meskipun zaman berubah, prinsip-prinsip lama tetap relevan, hanya porsinya yang disesuaikan dengan perkembangan zaman dan teknologi. Dengan semakin bertambahnya elemen-elemen baru seperti digital, emosional, dan spiritual, strategi pemasaran kini lebih kompleks dan dinamis.

    Referensi : https://www.youtube.com/watch?v=p-bwxjbPi0k https://www.gramedia.com/best-seller/review-buku-marketing-4-0/

    #transformasimarketing #marleting #usaha #bisnis #pemasaran #umkm #skmn #edukasi #informasi
    Person
    Tue, 22 Oct 2024 09:55:19

    Music Director II Script Writter II Editor II Sound Arranger II Bassist II Digital Businnes

    Comments (0)